(Click on the picture to edit it)Banyak orang memilih untuk menahan emosinya ketika sedang mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan karena takut dicap pemarah. Tapi sebuah penelitian terbaru menemukan marah dapat berdampak baik bagi kesehatan. Peneliti dari Universitas Valencia di Spanyol tertarik dengan apa yang terjadi pada tubuh manusia ketika sedang marah. Dan temuan ini muncul untuk mendukung teori psikologi umum yang menyatakan bahwa 'ventilasi' emosi lebih baik untuk kesehatan mental ketimbang membiarkannya tetap terkunci alias dipendam. Penelitian ini menemukan bahwa mengekspresikan kemarahan dapat meningkatkan aliran darah ke bagian otak yang terlibat dengan perasaan bahagia. Untuk melakukan penelitian ini, peneliti mengumpulkan 30 orang di sebuah laboratorium, perlahan-lahan meningkatkan tingkat kemarahan mereka dan mengamatinya. Detak jantung, tekanan darah serta level dari dua hormon stres partisipan yaitu testosteron dan kortisol, diukur semuanya. Otak juga di skrining, dari awal hingga akhir penelitian. Temuan yang sudah dipublikasikan dalam jurnal Hormones and Behaviour ini menunjukkan bahwa bagian kiri dari otak lebih terstimulasi ketika partisipan sedang marah. "Daerah frontal otak kiri umumnya terlibat dalam emosi positif, sedangkan bagian kanan berkaitan dengan emosi negative," ujar Dr Neus Herrero, dari Universitas Valencia di Spanyol, yang memimpin penelitian, seperti dilansir dari Telegraph, Kamis (3/6/2010). Dr Herrero juga menuturkan bahwa marah dapat mendorong perubahan besar dalam tubuh manusia, yaitu mengendalikan kerja jantung dan hormon. Dia menunjukkan bahwa tingkat kortisol turun dan kadar testosteron meningkat. Selain itu, juga terjadi perubahan dalam aktivitas otak, terutama di bagian lobus frontal dan temporal. Namun, studi ini menemukan bahwa marah juga bisa memiliki efek negatif pada tubuh, yaitu tekanan darah para partisipan ternyata meningkat ketika marah. |
0 comments:
Post a Comment
silahkan komentar di sini