Sunday 10 January 2010

Penjelasan Hidrostatic Curves

1. Ton Per Centimeter Immersion (TPC).
TPC adalah jumlah ton yang diperlukan untuk mengadakan perubahan sarat kapal sebesar 1 cm.
Penambahannya = luas garis air x 1 cm
Penambahan V = 0,01 . WPA (m3)
Penambahan berat = 0,01 . WPA . 1,025 (ton).

2. Midship of sectional area
MSA adalah luas dari bagian tengah kapal untuk tiap-tiap sarat kapal. Skala yang digunakan biasanya sama dengan skala sarat air.

3. Water Plan Area (WPA)
WPA adalah luas bidang garis air yang telah kita rencanakan dalam lines plan dari tiap-tiap water line. Kemungkinan-kemungkinan bentuk WPA ditinjau dari bentuk alas kapal antara lain:
- Kapal dengan rise of floor : pada 0 mWL luas garis air adalah nol karena luasan water line hanya berupa garis-garis lurus (base line), sehingga lengkung WPA dimulai dari titik (0,0).
- Kapal tanpa rise of floor : pada 0 mWL ada luasan yang terbentuk dari garis dasar sehingga luas garis air tidak sama dengan nol.

4. Koefisien Water Line (CW)
CWL adalah nilai perbandingan antara luas bidang garis air tiap water line dengan sebuah segiempat dengan panjang L dan lebar B dimana L adalah panjang maksimum dari tiap water lindan B adalah lebar maksimum dari tiap water line. Cwl dirumuskan sebagai berikut:
Cw = WPA/LxB

5. Midship Coefficient (CM)
CM adalah perbandingan antara luas penampang tengah kapal dengan luas suatu penampang dengan lebar B dan tinggi T.
Catatan : B adalah lebar maksimum kapal tiap WL
L adalah tinggi sarat air tiap WL.
CM = MSA/BxT

6. Block Coefficient
CB adalah perbandingan isi karene dengan suatu blok dengan panjang L, lebar B, tinggi T.
Cb = Volume/L.B.T

7. Prismatic Coefficient (Cp)
Cp adalah perbandingan isi karene dengan volume prisma dengan luas penampang tengah kapal dan panjang L.
Cp = Volume/MSAxL
= Cb/Cm

8. Moment To Change Trim One Centimeter (MTC)
MTC adalah momen yang dibutuhkan untuk mengadakan trim kapal sebesar 1 cm.

9. Displacement Due to One Centimeter of Trim by Stern (DDT)
DDT adalah besar perubahan displasemen kapal yang diakibatkan oleh perubahan trim kapal sebesar 1 cm. Apabila letak titik F dibelakang midship maka displasemen kapal akan lebih besar, sedangkan apabila letak titik F didepan midship maka akan sebaliknya.

10. Displacement
Displacemen adalah berat air yang dipindahkan karena volume kapal yang berada di bawah sarat kapal (kapal mempunyai kulit) satuan dalam ton. Tiap-tiap WL kita hitung displacemennya dengan cara:
kita hitung luas tiap WL (Awl) dengan simpson. Setelah ketemu luasnya lalu kita hitung displasemen dengan menggunakan simpson pula.

11. Displasement moulded
Displasement moulded adalah berat air yang dipindahkan oleh jumlah volume dari badan kapal yang tercelup didalam air (kapal tanpa kulit).
Displasement mouldet = displasement – shell displasement.

12. Wetted Surface Area
WSA adalah luas permukaan badan kapal yang tercelup untuk tiap-tiap sarat kapal.

13. Shell Displasement
Shell Displasement adalah berat air yang dipindahkan karena sjumlah volume dari kulit kapal yang tercelup didalam air (Satuan dalam Ton).
Shell Displasement = WSA x tebal plat x 1.025

14. Longitudinal center of bouyancy to metacentra (LBM)
Longitudinal center of bouyancy to meta centra (LBM) adalah jarak titik tekan bouyancy secara memanjang terhadap titik metacentra.

15. Longitudinal of keel to metacentra (LKM)
Longitudinal of keel to metacentra (LKM) adalah letak metacentra memanjang terhadap lunas kapal untuk tiap-tiap sarat kapal.

16. Longitudinal Center of bouyancy (LCB)
LCB adalah jarak titik tekan bouyancy terhadap penampang tengah kapal untuk tiap-tiap sarat kapal.

17. Longitudinal Center Of Floatation (LCF)
LCF adalah jarak titk berat garis air terhadap penampang tengah kapal untuk tiap-tiap sarat kapal .

18. Keel to Center of Bouyancy (KB)
KB adalah jarak titik tekan hidrostatik ke lunas kapal .

19. Tranverse of Keel to Metacenter (TKM)
TKM adalah letak metacentra melintang terhadap lunas kapal untuk tiap-tiap sarat kapal.

Pengenalan Pondasi Dangkal

Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal

Bagian paling bawah dari sebuah kontruksi dinamakan pondasi. Fungsi pondasi adalah meneruskan beban kontruksi ke lapisan tanah yang berada di bawah pondasi. Suatu perencanaan pondasi dikatakan benar apabila beban diteruskan oleh pondasi ke tanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan dari tanah akan terjadi, kedua hal tersebut akan menyebabkan kerusakan kontruksi yang berada di atasnya. Oleh karena itu, para insinyur yang merencanakan pondasi harus mengevaluasi daya dukung tanah yang pondasinya akan dibangun.

Bentuk pondasi ini bermacam-macam. Bentuknya biasanya dipilih sesuai dengan jenis bangunan tanah dimana kontruksi gambar berikut adalah tipe-tipe pondasi yang umum.



Pondasi tapak (spread foating) mempunyai bentuk seperti kolom suatu bangunan, tetapi ukurannya dibuat lebih besar dari kolom sehingga beban yang diteruskan ke pondasi dapat disebarkan ke luasan tanah yang lebih besar. Untuk tanah dengan daya dukung rendah, ukuran dari pondasi tapak biasanya terlalu besar sehingga tidak praktis. Oleh karena itu, untuk keadaan tersebut akan lebih ekonomis kalau seluruh kontruksi dibangun di atas suatu lantai beton yang luas. Tipe pondasi tadi dinamakan pondasi tikar (mat foundation).

Pondasi tiang dan pondasi caisson digunakan untuk kontruksi yang lebih berat, yaitu bila kedalaman pondasi yang dibutuhkan untuk memikul beban sangat besar. Pondasi tiang biasanya terbuat dari kayu, beton, atau besi yang berfungsi untuk meneruskan beban dari kontruksi bagian atas ke lapisan tanah yang paling bawah. Bagaimana pondasi tiang ini meneruskan beban ke lapisan-lapisan tanah dapat dikelompokkan dalam dua kategori : Pertama, tiang yang kekuatannya didasarkan pada lekatan antara tanah dan tiang (friction file); kedua, tiang yang kekuatannya didasarkan pada daya dukung ujung tiang (end-bearing file). Untuk friction file, beban kontruksi bagian atas ditahan oleh gaya geser yang timbul sepanjang permukaan tiang (selimut tiang). Untuk end-bearing file, beban yang diterima oleh tiang diteruskan oleh ujung tiang ke lapisan tanah keras.

Pondasi caisson dapat dibuat dengan cara memasukkan batang pipa ke dalam tanah dan kemudian diisi dengan beton. Pipa tersebu dapat ditinggalkan di dalam tanah atau dapat ditarik ke luar selama pengecoran beton berlangsung. Pada umumnya, diameter caisson ini jauh lebih besar dari pada diameter pondasi tiang. Perbedaan antara pondasi tiang dan caisson menjadi kabur bilamana diameternya sekitar 3 ft (0,9 m), sehingga definisi serta batasan istilah yang dipakai menjadi tidak tepat lagi.

Pondasi tapak dan pondasi tikar pada umumnya dinamakan pondasi dangkal dan pondasi tiang, sementara itu pondasi caisson disebut sebagai pondasi dalam.

Secara umum yang dinamakan pondasi dangkal adalah pondasi yang mempunyai perbandingan antara kedalaman dengan lebar sekitar kurang dari empat. Apabila perbandingan antara kedalaman dengan lebar pondasi lebih besar dari empat, pondasi itu diklasifikasikan sebagai pondasi dalam. Suatu pondasi akan aman jika :

1. Penurunan (settlement) tanah yang disebabkan oleh beban masih dalam batas yang diperbolehkan.
2. Keruntuhan geser dari tanah dimana pondasi berada tidak terjadi.

Bonjean Curves


Yang dimaksud dengan lengkung bonjean adalah lengkung yang menunjukkan luas station sebagai fungsi sarat. Bentuk lengkungan ini mula-mula diperkenalkan pada abad kesembilan belas oleh seorang sarjana Prancis yang bernama Bonjean.

Jadi untuk mengetahui luas dari station sampai tinggi sarat T, dapat dibaca dari gambar lengkung bonjean pada ketinggian sarat T yang sama dengan menarik garis mendatar hingga memotong lengkung bonjean. Pada umumnya lengkung bonjean digambar sampai setinggi geladak tepi kapal pada setiap station sepanjang kapal.

Bentuk-bentuk Lengkung Bonjean :

1. Garis Lurus
Apabila lengkung bonjean berbentuk garis lurus, hal tersebut menandakan bahwa bentuk station atau penampang kapal berbentuk segiempat. Jadi pertambahan luas tiap sarat air yang sama selalu konstan.

2. Garis Lengkung
Ini adalah bentuk station atau penampang segitiga atau melengkung.

3. Garis Lengkung kemudian Garis Lurus
Hal tersebut menandakan bahwa bentuk station atau penampang kapal bagian bawah melengkung kemudian atasnya lurus ke atas. Jadi pada awalnya pertambahan luasnya tidak konstan tetapi kemudian pertambhan luasnya konstan .

Fungsi Lengkung Bonjean
Fungsi lengkung bonjean adalah untuk mendapatkan volume displacemen even keelataupun kapal pada saat dalam keadan trim dan juga kapal pada saat terkena gelombang.
Untuk kegunaan selanjutnya lengkung bonjean dipergunakan untuk menghitung atau membuat lengkung kebocoran.

Hidrostatic Curves

Kurva Hidrostatic adalah kurva-kurva yang menjelaskan bentuk dan sifat karakteristik dari badan kapal yang berada di bawah garis air sampai muatan penuh dalam air laut ataupun air tawar. Dalam kurva Hidrostatic tersebut terdapat sembilan belas kurva antara lain adalah:

1. Displacement Moulded dan Displacement extrim (termasuk kulit) (ton)
2. Luas bidang midship, luas bidanggaris air dan luas permukaan basah (MSA), (WPA) dan (WSA) dengan satuan m2.
3. Koefisien midship, koefisien garis air, koefisien blok dan koefisien prismatik memanjang dengan notasi Cm, Cw, Cb dan Cp (tanpa satuan).
4. Jarak titik pusat bouyancy terhadap midship dan dasar kapal, dengan notasi KB (m).
5. Jarak titik luasan bidang garis air terhadap midship.
6. Jari-jari metacentra melintang dan memanjang, dengan notasi TBM dan LBM (m).
7. Tinggi metacentra terhadap dasar kapal, dengan notasi TKM dan LKM (m).
8. Ton per centimeter, dengan notasi TPC (ton).
9. Displacement due trim one centimeter, dengan notasi DDT (ton).
10. Moment to change trim centimeter,dengan notasi MCT (ton m).

 
Powered by Blogger