POTCHEFSTROOM, KOMPAS.com — Lewat tandukan Carles Puyol, Spanyol berhasil mengalahkan Jerman 1-0 pada partai semifinal, Rabu (7/7/2010). Tandukan itulah yang mengantarkan "Matador" melenggang ke final. Ternyata, tandukan Puyol itu bukan sesuatu yang spontan, melainkan terencana.
Kini, "serudukan" bek Barcelona itu menjadi buah bibir di Spanyol. Mereka tak habis pikir mengapa pemain yang hanya bertinggi badan 170 cm tersebut bisa mengalahkan bek-bek "Panser" semacam Marcell Jansen (190 cm) dan Per Mertesacker (196 cm)?
Harian Spanyol, El Mundo, bahkan menulis, "Apakah itu Michael Jordan yang meloncat di kotak penalti, ataukah itu Superman? Tidak, itu adalah Puyol dengan jubah terbangnya!"
Publik mungkin bisa terheran-heran menyaksikan aksi heroik Puyol. Namun, gol tersebut bukanlah sesuatu yang tak terencana, melainkan hasil "persekongkolan" antara Puyol dan Xavi Hernandez.
Puyol menyuruh rekannya itu menempatkan bola di dekat titik putih meksipun hal itu tidak mudah. Pada tiga sepak pojok yang dieksekusi Xavi pada babak pertama, kedua pemain itu gagal menuntaskan rencana.
Barulah sekitar 28 menit setelah turun minum, kerja sama keduanya membuahkan hasil. Berlari dari belakang, Puyol menyambut bola itu. Di depan Puyol hanya ada gelandang Jerman, Sami Khedira (189 cm), yang mengawal bek Spanyol, Gerard Pique (192 cm). Puyol memenangi duel udara tersebut dan membuat kiper Manuel Neuer tak berdaya menghadapi bola cepat dari kepala Puyol.
"Aku belum mencetak banyak gol. Jadi gol ini penting bagiku. Aku bahagia bisa mengantarkan tim ke final. Kami pantas berada di sana," ucap Puyol.
"Aku sebelumnya sudah bicara kepada Xavi untuk menempatkan bola dekat titik putih. Pada babak pertama, hal itu gagal. Namun, pada babak kedua, Xavi bisa mengenai sasaran. Momen itu sangat berharga, apalagi aku tidak biasa mencetak gol," ucap kapten klub Barcelona itu.
0 comments:
Post a Comment
silahkan komentar di sini