Demam Eclipse lagi melanda dunia khususnya Indonesia. Eclipse adalah film Vampire yang bayak diserbu penonton Indonesia saat ini. “The Twilight Saga: Eclipse” melebihi pendahulunya, “New Moon”, sebagai pemegang rekor box office tengah malam.“Eclipse“, film ketiga dalam waralaba “Twilight”, meraih 30 juta dolar AS dalam tayangan tengah malam, demikian menurut Box Office Mojo. Rekor sebelumnya diraih oleh “New Moon” dengan total nilai 26,3 juta dolar AS, November tahun lalu.Pendapatan sebesar 30 juta dolar AS yang diraih Rabu pagi (30/6) itu termasuk lebih dari 1 juta dolar AS dalam penayangan IMAX, melebihi “Transformers: Revenge of the Fallen” –yang meraih 959,000 dolar AS.
Tampaknya babak ketiga “Twilight Saga: Eclipse” lebih baik daripada dua film sebelumnya, sedangkan yang tidak bagusnya tidak terlalu banyak. Dari sudut padang kritik, itu nyaris tidak berarti apa-apa, karena dua episode pertama — “Twilight” 2008 dan “New Moon” 2009– mengantungi lebih dari 1 miliar dolar di seluruh dunia, meski biasanya memperoleh kajian buruk. Dalam hal nilai produksinya, tak ada keraguan bahwa “Eclipse” dibuat secara jempolan dan menampilkan efek khusus yang lebih baik dibandingkan dengan dua film pendahulunya.
Resensi Film
‘The Twilight Saga: Eclipse’ mulai diputar di bioskop pada Rabu (30/6/2010) . Pasti penggemarnya sudah tidak sabar untuk menyaksikannya kan? Pada Februari 2009 lalu, Summit Entertainment sempat merilis intisari plot ‘Eclipse’. Di film ini, Bella Swan berada dalam bahaya lagi setelah sekelompok vampire memburunya. Di tengah bahaya, kisah cinta segitiga antara Bella, Edward dan Jacob juga semakin berkembang. Namun pada akhirnya, Bella harus memilih sang kekasih atau sang sahabat. Berhubung novelnya sudah dirilis lebih awal, pasti Anda bisa menebar akhir ceritanya. Setelah plot, kini beralih ke para pemainnya. Roberts Pattinson, Kristen Stewart dan Taylor Lautner sudah pasti menghidupkan lagi karakter mereka. Beberapa aktor-aktris film sebelumnya juga bakal hadir lagi. Di antaranya, Ashley Greene, Peter Facinelli, Elizabeth Reaser dan Nikki Reed. Aktris Dakota Fanning yang saat ini karirnya tengah bersinar akan ikut meramaikan ‘Eclipse’. Dakota berperan sebagai Jane, salah anggota keluarga Volturi. Sementara, aktris Bryce Dallas Howard menggantikan Rachelle Lefevre untuk berperan sebagai Victoria, musuh bebuyutan Edward dan Bella. Seperti biasa, Summit selalu menggunakan sutradara yang berbeda di tiap film ‘Twilight’. Untuk ‘Eclipse’, Summit pun mendapuk David Slade. Sebelumnya, David sukses lewat film ’30 Days of Night
Dunia akan hancur dalam api. Tidak, dunia akan hancur dalam es. Tapi, Bella lebih mempercayai bahwa dunia akan hancur dalam keserakahan. Bella yang rapuh, pahlawan para abege generasi muda saat ini. Bella yang bikin iri cewek-cewek remaja sedunia karena diperebutkan oleh dua cowok ganteng yang tak biasa; yang satu vampir, satunya manusia-serigala. Adakah fantasi jatuh cinta yang lebih dahsyat dari itu?
Twilight” kembali! Bella Swan (Kristen Stewart) terombang-ambing antara Edward Cullen dan Jacob Black (Taylor Lautner); yang satu pasangannya, satu lagi temannya. Sementara itu vampir perempuan Victoria (Bryce Dallas Howard), yang ingin balas dendam, menciptakan pasukan vampir yang baru lahir di Seattle untuk membunuh Bella sebelum liburan musim panas, dan menggilas keluarga Cullen.
Dengan sutradara baru (David Slade) dan energi baru, keseimbangan roman dan aksi yang menghancurkan tulang akan memuaskan penggemar film tersebut.Sementara itu Bella mengeluh bahwa Edward tak mau melakukan hubungan sebelum mereka resmi berumah tangga.
Di film ketiga Twilight Saga ini, cinta segitiga antara Bella-Edward-Jacob menemukan momen-momen krusialnya. Hampir sepanjang film isinya adalah dialog antara Bella dan Edward, Bella dan Jacob, atau pun Edward dan Jacob, dan tidak terhindarkan ketiganya terlibat dalam satu ketegangan. Ketika Bella sedang bersama Edward, mereka membicarakan Jacob. Ketika Bella sedang bersama Jacob, mereka membicarakan Edward.
Edward tidak bisa berhenti mengkhawatirkan Bella ketika sedang bersama Jacob karena baginya si manusia serigala itu bukanlah “makluk” yang stabil secara emosional. Sebaliknya, Jacob juga selalu khawatir kalau-kalau Edward sang drakula tiba-tiba mengubah Bella menjadi vampir pula. Dalam berbagai kesempatan berdua, Jacob terus saja mem-”flirting” Bella agar memilih dirinya ketimbang Edward. Jacob meyakinkan bahwa dirinya lebih baik ketimbang Edward.
Tapi, dari film sebelumnya, kita sudah tahu, Bella telah menentukan pilihannya pada Edward. Film ketiga ini dibuka dengan dialog Edward dan Bella di tengah padang yang sejauh mata memandang dipenuhi bunga-bunga warna ungu. Mereka membicarakan berbagai kemungkinan untuk bersama. “Pernikahan hanyalah selembar kertas,” kata Bella. “Di tempatku, itu hanya kalimat lain dari aku cinta padamu,” sahut Edward.
Dengan pembukaan seromantis itu, abege mana yang tidak jejeritan di tempat duduknya. Tapi, tunggu sampai Jacob muncul bertelanjang dada, selalu telanjang dada dan membuat cewek-cewek histeris. Di tengah perserteruan antara Edward dan Jacob, konflik dimunculkan dari kelanjutan konflik-konflik yang telah dibangun di dua film sebelumnya. Vampir Victroria bangkit menyusun kekuatan, menciptakan vampir-vampir baru untuk membunuh Bella.
Victoria dendam kepada Edward yang telah membunuh kekasihnya, James. Terancamnya keselamatan Bella membuat Edward dan Jacob bersatu. Semua demi Bella. Tapi persaingan memperebutkan cinta tidak bisa diredam begitu saja. Di sela persiapan mengantisipasi serangan pasukan Victoria, debat-debat dan pertengkaran memperebutkan Bella terus berlanjut. Apakah tadi saya sudah bilang bahwa nyaris sepanjang film ini isinya hanyalah dua cowok memperebutkan satu cewek?
“Eclipse” digarap oleh sutradara baru yang berbeda dari dua film pendahulunya, yakni David Slave (“30 Days of Night”) yang mencoba intens menggali drama percintaan segitiga antara Bella-Edward-Jacob, dengan hanya satu adegan pertempuran yang cukup membuat kita menahan nafas. Tapi, ya, hanya satu dan itu pun sebentar, dan kita harus menunggunya sampai bagian nyaris akhir.
Pada film ketiga ini, kita juga disuguhi kilas-balik sejarah beberapa vampir, bagaimana mereka awalnya bergabung dengan klan Cullen. Gambar-gambar gelap, panorama hutan dan pegunungan salju, pembunuhan dan ciuman yang tidak putus-putus mewarnai film ini. Kristen Steward dan Robert Pattinson tampil seperti biasanya, sebagai remaja-remaja labil yang romantis dan berbicara tentang rencana pernikahan mereka.
Menyenangkan sekali bahwa pada film ketiga ini, ‘Twilight Saga’ makin menampakkan diri sebagai teks terselubung (atau, kita bisa menyebutnya sebagai “metafora”?) dari sebuah tema besar dan abadi tentang, katakanlah cinta terlarang, atau pertanyaan semacam, “mengapa sih harus jadi normal–apa sebenarnya normal itu?”
Kaum dewasa sudah pasti akan tetap mencela film ini, sambil semakin membenci Robert Pattinson. Namun, menurut saya, film ini cukup berharga untuk ditonton para remaja. Di film mana lagi coba di zaman ini kau masih bisa menjumpai tokoh perempuan yang hingga usia wisudanya masih “mempertahankan keperawanan”? Dan, di mana lagi ada tokoh pria, vampir pula, berkata, “Aku tidak ingin melakukan itu sebelum kita menikah.”
Edward, vampir berusia 100 tahun lebih itu, sadar bahwa meminta kekasihnya untuk “berhentilah membuka bajuku” pastilah sikap yang kuno di zaman sekarang. Tapi, Bella berkata, “Tidak, itu modern”. Mungkin saja ilm ini terasa agak datar, namun saya justru lebih bisa menikmatinya ketimbang dua film “Twilight” sebelumnya. Setidaknya, film ini cukup kaya dengan sisipan berbagai “subteks” yang mendiskusikan kembali berbagai aspek kehidupan. Yakni, tentang bagaimana menentukan pilihan-pilihan, dan bagaimana untuk tidak takut salah. Hidup tidaklah abadi. Mari melakukan kesalahan! Berbagai komentar datang dari banyak kalangan, salah satunya pengarang serial Twilight, Stephanie Meyers yang mengaku sangat senang dengan episode ketiga filmnya eclipse.
Tampaknya babak ketiga “Twilight Saga: Eclipse” lebih baik daripada dua film sebelumnya, sedangkan yang tidak bagusnya tidak terlalu banyak. Dari sudut padang kritik, itu nyaris tidak berarti apa-apa, karena dua episode pertama — “Twilight” 2008 dan “New Moon” 2009– mengantungi lebih dari 1 miliar dolar di seluruh dunia, meski biasanya memperoleh kajian buruk. Dalam hal nilai produksinya, tak ada keraguan bahwa “Eclipse” dibuat secara jempolan dan menampilkan efek khusus yang lebih baik dibandingkan dengan dua film pendahulunya.
Resensi Film
‘The Twilight Saga: Eclipse’ mulai diputar di bioskop pada Rabu (30/6/2010) . Pasti penggemarnya sudah tidak sabar untuk menyaksikannya kan? Pada Februari 2009 lalu, Summit Entertainment sempat merilis intisari plot ‘Eclipse’. Di film ini, Bella Swan berada dalam bahaya lagi setelah sekelompok vampire memburunya. Di tengah bahaya, kisah cinta segitiga antara Bella, Edward dan Jacob juga semakin berkembang. Namun pada akhirnya, Bella harus memilih sang kekasih atau sang sahabat. Berhubung novelnya sudah dirilis lebih awal, pasti Anda bisa menebar akhir ceritanya. Setelah plot, kini beralih ke para pemainnya. Roberts Pattinson, Kristen Stewart dan Taylor Lautner sudah pasti menghidupkan lagi karakter mereka. Beberapa aktor-aktris film sebelumnya juga bakal hadir lagi. Di antaranya, Ashley Greene, Peter Facinelli, Elizabeth Reaser dan Nikki Reed. Aktris Dakota Fanning yang saat ini karirnya tengah bersinar akan ikut meramaikan ‘Eclipse’. Dakota berperan sebagai Jane, salah anggota keluarga Volturi. Sementara, aktris Bryce Dallas Howard menggantikan Rachelle Lefevre untuk berperan sebagai Victoria, musuh bebuyutan Edward dan Bella. Seperti biasa, Summit selalu menggunakan sutradara yang berbeda di tiap film ‘Twilight’. Untuk ‘Eclipse’, Summit pun mendapuk David Slade. Sebelumnya, David sukses lewat film ’30 Days of Night
Dunia akan hancur dalam api. Tidak, dunia akan hancur dalam es. Tapi, Bella lebih mempercayai bahwa dunia akan hancur dalam keserakahan. Bella yang rapuh, pahlawan para abege generasi muda saat ini. Bella yang bikin iri cewek-cewek remaja sedunia karena diperebutkan oleh dua cowok ganteng yang tak biasa; yang satu vampir, satunya manusia-serigala. Adakah fantasi jatuh cinta yang lebih dahsyat dari itu?
Twilight” kembali! Bella Swan (Kristen Stewart) terombang-ambing antara Edward Cullen dan Jacob Black (Taylor Lautner); yang satu pasangannya, satu lagi temannya. Sementara itu vampir perempuan Victoria (Bryce Dallas Howard), yang ingin balas dendam, menciptakan pasukan vampir yang baru lahir di Seattle untuk membunuh Bella sebelum liburan musim panas, dan menggilas keluarga Cullen.
Dengan sutradara baru (David Slade) dan energi baru, keseimbangan roman dan aksi yang menghancurkan tulang akan memuaskan penggemar film tersebut.Sementara itu Bella mengeluh bahwa Edward tak mau melakukan hubungan sebelum mereka resmi berumah tangga.
Di film ketiga Twilight Saga ini, cinta segitiga antara Bella-Edward-Jacob menemukan momen-momen krusialnya. Hampir sepanjang film isinya adalah dialog antara Bella dan Edward, Bella dan Jacob, atau pun Edward dan Jacob, dan tidak terhindarkan ketiganya terlibat dalam satu ketegangan. Ketika Bella sedang bersama Edward, mereka membicarakan Jacob. Ketika Bella sedang bersama Jacob, mereka membicarakan Edward.
Edward tidak bisa berhenti mengkhawatirkan Bella ketika sedang bersama Jacob karena baginya si manusia serigala itu bukanlah “makluk” yang stabil secara emosional. Sebaliknya, Jacob juga selalu khawatir kalau-kalau Edward sang drakula tiba-tiba mengubah Bella menjadi vampir pula. Dalam berbagai kesempatan berdua, Jacob terus saja mem-”flirting” Bella agar memilih dirinya ketimbang Edward. Jacob meyakinkan bahwa dirinya lebih baik ketimbang Edward.
Tapi, dari film sebelumnya, kita sudah tahu, Bella telah menentukan pilihannya pada Edward. Film ketiga ini dibuka dengan dialog Edward dan Bella di tengah padang yang sejauh mata memandang dipenuhi bunga-bunga warna ungu. Mereka membicarakan berbagai kemungkinan untuk bersama. “Pernikahan hanyalah selembar kertas,” kata Bella. “Di tempatku, itu hanya kalimat lain dari aku cinta padamu,” sahut Edward.
Dengan pembukaan seromantis itu, abege mana yang tidak jejeritan di tempat duduknya. Tapi, tunggu sampai Jacob muncul bertelanjang dada, selalu telanjang dada dan membuat cewek-cewek histeris. Di tengah perserteruan antara Edward dan Jacob, konflik dimunculkan dari kelanjutan konflik-konflik yang telah dibangun di dua film sebelumnya. Vampir Victroria bangkit menyusun kekuatan, menciptakan vampir-vampir baru untuk membunuh Bella.
Victoria dendam kepada Edward yang telah membunuh kekasihnya, James. Terancamnya keselamatan Bella membuat Edward dan Jacob bersatu. Semua demi Bella. Tapi persaingan memperebutkan cinta tidak bisa diredam begitu saja. Di sela persiapan mengantisipasi serangan pasukan Victoria, debat-debat dan pertengkaran memperebutkan Bella terus berlanjut. Apakah tadi saya sudah bilang bahwa nyaris sepanjang film ini isinya hanyalah dua cowok memperebutkan satu cewek?
“Eclipse” digarap oleh sutradara baru yang berbeda dari dua film pendahulunya, yakni David Slave (“30 Days of Night”) yang mencoba intens menggali drama percintaan segitiga antara Bella-Edward-Jacob, dengan hanya satu adegan pertempuran yang cukup membuat kita menahan nafas. Tapi, ya, hanya satu dan itu pun sebentar, dan kita harus menunggunya sampai bagian nyaris akhir.
Pada film ketiga ini, kita juga disuguhi kilas-balik sejarah beberapa vampir, bagaimana mereka awalnya bergabung dengan klan Cullen. Gambar-gambar gelap, panorama hutan dan pegunungan salju, pembunuhan dan ciuman yang tidak putus-putus mewarnai film ini. Kristen Steward dan Robert Pattinson tampil seperti biasanya, sebagai remaja-remaja labil yang romantis dan berbicara tentang rencana pernikahan mereka.
Menyenangkan sekali bahwa pada film ketiga ini, ‘Twilight Saga’ makin menampakkan diri sebagai teks terselubung (atau, kita bisa menyebutnya sebagai “metafora”?) dari sebuah tema besar dan abadi tentang, katakanlah cinta terlarang, atau pertanyaan semacam, “mengapa sih harus jadi normal–apa sebenarnya normal itu?”
Kaum dewasa sudah pasti akan tetap mencela film ini, sambil semakin membenci Robert Pattinson. Namun, menurut saya, film ini cukup berharga untuk ditonton para remaja. Di film mana lagi coba di zaman ini kau masih bisa menjumpai tokoh perempuan yang hingga usia wisudanya masih “mempertahankan keperawanan”? Dan, di mana lagi ada tokoh pria, vampir pula, berkata, “Aku tidak ingin melakukan itu sebelum kita menikah.”
Edward, vampir berusia 100 tahun lebih itu, sadar bahwa meminta kekasihnya untuk “berhentilah membuka bajuku” pastilah sikap yang kuno di zaman sekarang. Tapi, Bella berkata, “Tidak, itu modern”. Mungkin saja ilm ini terasa agak datar, namun saya justru lebih bisa menikmatinya ketimbang dua film “Twilight” sebelumnya. Setidaknya, film ini cukup kaya dengan sisipan berbagai “subteks” yang mendiskusikan kembali berbagai aspek kehidupan. Yakni, tentang bagaimana menentukan pilihan-pilihan, dan bagaimana untuk tidak takut salah. Hidup tidaklah abadi. Mari melakukan kesalahan! Berbagai komentar datang dari banyak kalangan, salah satunya pengarang serial Twilight, Stephanie Meyers yang mengaku sangat senang dengan episode ketiga filmnya eclipse.
0 comments:
Post a Comment
silahkan komentar di sini