Baru-baru ini, pakar astrobiologi Australia Paul Davies telah mempublikasikan suatu pandangan yang mengejutkan di majalah New Scientist: Disebutkan teknologi makhluk angkasa luar sejak dulu mungkin telah menggubah informasi mereka ke dalam sel DNA manusia. Baru saja informasi ini diterbitkan di sejumlah media cetak berbahasa Mandarin dan website, langsung menimbulkan diskusi yang hebat, dan ini tidak ada bedanya dengan sekali lempar menimbulkan gelombang.
Mengubah Informasi Berkode Rahasia
Ilmuwan dan penulis terkenal dunia yakni Doktor Davies dalam tesisnya mengatakan, bahwa peradaban makhluk angkasa luar mungkin sejak dulu telah menggubah “sejarah kemerosotan dan kemakmuran” mereka ke dalam sel DNA manusia, hanya pada saat teknologi manusia berkembang dan maju pada tahap tertentu, baru bisa mengurai dan memahami “informasi-informasi berkode rahasia” yang ditinggalkan makhluk angkasa luar ke dalam DNA kita ini! dan menurutnya, bahwa kalangan akademisi seyogianya dengan serius mempertimbangkan pandangan baru ini.
Selama 40 tahun lebih, astronom dari berbagai wilayah di dunia dengan rajin dan tak kenal lelah terus melacak antariksa yang mahaluas ini dengan teleskop astronomi, dengan harapan bisa menangkap informasi fotoelektrik yang dipancarkan ke bumi oleh teknologi makhluk angkasa luar tertentu. Namun hingga saat ini, semua pelacakan tidak membuahkan hasil. Dan menurut Davies, bahwa hasil yang sia-sia ini logis, menurutnya sulit dipercaya bahwa makhluk berinteligensi yang memiliki peradaban maju ini akan menggunakan radio primitif atau sinar laser untuk mengadakan kontak atau hubungan dengan manusia di bumi.
Davies melanjutkan, bahwa mungkin makhluk angkasa luar itu memadukan informasinya ke gen makhluk hidup di bumi, khususnya perkembangbiakan manusia akan terus mereproduksi gen yang disertai dengan informasi makhluk angkasa luar ini, sekaligus akan tersimpan abadi di bumi. Bisa sampai tahap demikian sebenarnya sangat mudah, caranya dengan suatu virus makhluk angkasa luar yang disertai informasi berkode rahasia makhluk angkasa luar dan menularkanya ke sel tubuh manusia.
“Sampah DNA” Menyimpan Misteri
Sesungguhnya, sejak awal ilmuwan telah menemukan sejumlah besar ”sampah” DNA di dalam DNA manusia, sampah-sampah DNA ini tidak meliputi faktor keturunan, namun manifestasinya luar biasa dan stabil. Davies mengatakan: “Jika memang makhluk angkasa luar benar-benar pernah meninggalkan informasi tertentu ke dalam tubuh makhluk hidup di bumi, maka sampah-sampah DNA ini merupakan daerah yang semestinya diteliti dengan baik.” Davies menambahkan, jika susunan sampah-sampah DNA ini bisa menampilkan sebuah gambar susunan bilangan prima atau sebuah gambar yang sederhana di layar komputer, maka gambaran bahwa makhluk hidup angkasa luar itu pernah mencampuri DNA manusia besar kemungkinan memang benar.
Davies mengatakan, bahwa pengkodean DNA manusia cukup untuk menampung sebuah novel yang memadai atau sepotong sejarah singkat kemerosotan dan kemakmuran peradaban makhluk angkasa luar.
DNA Berasal dari Alien?
Davies bukan ilmuwan pertama yang mengemukakan hipotesa mengenai hubungan erat DNA manusia dengan alien atau makhluk angkasa luar. Seorang ilmuwan yang telah meninggal dunia pada 28 Juli 2004, yaitu ilmuwan Amerika Francis Crick yang diangkat sebagai “bapak DNA” pernah mengemukakan pandangan ini sejak tahun 1970-an. Crick yang menemukan adanya susunan spiral kembar DNA, telah memprakarsai biologi molekul sehingga riset gen sekarang menjadi memungkinkan. Dalam buku biografinya, ia mengatakan, makhluk hidup yang paling awal di atas bumi mungkin berasal dari sebuah pesawat antariksa, yaitu hasil peradaban makhluk angkasa luar yang bermaksud meneruskan keturunannya di alam semesta.
Sebuah artikel di harian The Washington Post pada 31 Juli lalu, menyebutkan bahwa hipotesa Crick ini cukup beralasan, makhluk yang hidup di bumi pada 3,5 miliar tahun silam lebih rumit dibanding unsur anorganik di sekelilingnya, DNA adalah sebuah molekul yang diciptakan secara cermat dan teliti, namun asal-usul kehidupan tidak pernah ditemukan dalam catatan makhluk hidup.
Sebuah khayalan atau realitas
Begitu pandangan Davies dipublikasikan, lalu dengan cepat menimbulkan reaksi yang hebat, di situs berbahasa Mandarin, para “pelindung setia” ilmu pengetahuan secara serentak menyatakannya sebagai ilmu pengetahuan palsu yang tipikal. Terhadap sejumlah tokoh yang meneliti hipotesa makhluk angkasa luar ini juga menyerukan pada orang-orang untuk tidak lagi menutupi ideologi individu, coba pikirkan kenapa Crick dianggap luar biasa cerdasnya ketika menemukan susunan DNA, namun begitu menyinggung makhluk angkasa luar lalu tidak dapat diterima: Sang jenius Enstein hingga akhir hayatnya yakin dengan eksistensi Tuhan, sekaligus membuat ilmuwan yang atheis menyesal.
Sarjana-sarjana yang benar-benar memiliki semangat penyelidikan ilmu pengetahuan itu, sebenarnya pikirannya sangat terbuka, mereka tidak akan langsung mengatakan bahwa itu adalah takhayul atau ilmu pengetahuah palsu atas hal ihwal yang untuk sementara tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Sebab dengan demikian akan membuat mereka tidak lagi berniat untuk menelitinya, dan ilmu pengetahuan juga tidak mungin lagi akan berkembang.
Sikap dalam ilmu pengetahuan sejati adalah, tidak begitu saja menyangkal gejala yang belum dibuktikan secara ilmiah, namun telah mencerminkan gejala obyektifnya, dengan demikian menyisakan ruang gerak terbesar bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Sebenarnya apakah makhluk angkasa luar itu eksis? Baru-baru ini muncul berbagai diskusi dan laporan di seluruh dunia mengenai makhluk angkasa luar, dan secara luas mengemukakan topik yang ditutupi mengenai fakta keberadaan makhluk angkasa luar. Pada pertengahan April lalu, lembaga riset lingkup Amerika mengadakan eksibisi hasil riset gejala antariksa yang pertama di hotel Hilton, Maryland. Lebih dari 600 peneliti bidang tersebut yang berasal dari Jerman, Inggris, Amerika, Kanada dan berbagai wilayah lainnya berkumpul di hotel tersebut, tukar menukar pengalaman riset dan hasil penelitian gejala abnormal mengenai UFO, kehidupan di planet Mars dan gejala lainnya. Dalam pertemuan tersebut tidak sedikit tokoh pernah mengalami sendiri gejala-gejala yang aneh itu, ilmuwan dan penulis yang berprofesi sebagai peneliti gejala misterius dan sejumlah tokoh menyatakan sendiri bisa melihat roh dan makhluk hidup serta makhluk halus lainnya di luar planet bumi ini.
Salah satu kelompok pemikir utama Amerika pernah menyerahkan seberkas laporan sepanjang 100 halaman, dalam laporan tersebut, para ilmuwan mengeluarkan peringatan yang keras: Sejarah manusia terdiri dari sejumlah besar pola hidup masyarakat yang tidak sama, akan tetapi manusia merasa diri sendiri berada pada posisi satu-satunya di alam semesta ini. Namun jika pada suatu hari nanti, saat manusia mendapati bahwa di alam semesta masih terdapat tingkat peradaban yang lebih tinggi, maka pandangan, nilai, kepercayaan dan perilaku manusia akan mengalami perubahan yang sangat besar.
http://galeri17.blogspot.com/2009/08/dna-manusia-memiliki-informasi-berkode.html
Mengubah Informasi Berkode Rahasia
Ilmuwan dan penulis terkenal dunia yakni Doktor Davies dalam tesisnya mengatakan, bahwa peradaban makhluk angkasa luar mungkin sejak dulu telah menggubah “sejarah kemerosotan dan kemakmuran” mereka ke dalam sel DNA manusia, hanya pada saat teknologi manusia berkembang dan maju pada tahap tertentu, baru bisa mengurai dan memahami “informasi-informasi berkode rahasia” yang ditinggalkan makhluk angkasa luar ke dalam DNA kita ini! dan menurutnya, bahwa kalangan akademisi seyogianya dengan serius mempertimbangkan pandangan baru ini.
Selama 40 tahun lebih, astronom dari berbagai wilayah di dunia dengan rajin dan tak kenal lelah terus melacak antariksa yang mahaluas ini dengan teleskop astronomi, dengan harapan bisa menangkap informasi fotoelektrik yang dipancarkan ke bumi oleh teknologi makhluk angkasa luar tertentu. Namun hingga saat ini, semua pelacakan tidak membuahkan hasil. Dan menurut Davies, bahwa hasil yang sia-sia ini logis, menurutnya sulit dipercaya bahwa makhluk berinteligensi yang memiliki peradaban maju ini akan menggunakan radio primitif atau sinar laser untuk mengadakan kontak atau hubungan dengan manusia di bumi.
Davies melanjutkan, bahwa mungkin makhluk angkasa luar itu memadukan informasinya ke gen makhluk hidup di bumi, khususnya perkembangbiakan manusia akan terus mereproduksi gen yang disertai dengan informasi makhluk angkasa luar ini, sekaligus akan tersimpan abadi di bumi. Bisa sampai tahap demikian sebenarnya sangat mudah, caranya dengan suatu virus makhluk angkasa luar yang disertai informasi berkode rahasia makhluk angkasa luar dan menularkanya ke sel tubuh manusia.
“Sampah DNA” Menyimpan Misteri
Sesungguhnya, sejak awal ilmuwan telah menemukan sejumlah besar ”sampah” DNA di dalam DNA manusia, sampah-sampah DNA ini tidak meliputi faktor keturunan, namun manifestasinya luar biasa dan stabil. Davies mengatakan: “Jika memang makhluk angkasa luar benar-benar pernah meninggalkan informasi tertentu ke dalam tubuh makhluk hidup di bumi, maka sampah-sampah DNA ini merupakan daerah yang semestinya diteliti dengan baik.” Davies menambahkan, jika susunan sampah-sampah DNA ini bisa menampilkan sebuah gambar susunan bilangan prima atau sebuah gambar yang sederhana di layar komputer, maka gambaran bahwa makhluk hidup angkasa luar itu pernah mencampuri DNA manusia besar kemungkinan memang benar.
Davies mengatakan, bahwa pengkodean DNA manusia cukup untuk menampung sebuah novel yang memadai atau sepotong sejarah singkat kemerosotan dan kemakmuran peradaban makhluk angkasa luar.
DNA Berasal dari Alien?
Davies bukan ilmuwan pertama yang mengemukakan hipotesa mengenai hubungan erat DNA manusia dengan alien atau makhluk angkasa luar. Seorang ilmuwan yang telah meninggal dunia pada 28 Juli 2004, yaitu ilmuwan Amerika Francis Crick yang diangkat sebagai “bapak DNA” pernah mengemukakan pandangan ini sejak tahun 1970-an. Crick yang menemukan adanya susunan spiral kembar DNA, telah memprakarsai biologi molekul sehingga riset gen sekarang menjadi memungkinkan. Dalam buku biografinya, ia mengatakan, makhluk hidup yang paling awal di atas bumi mungkin berasal dari sebuah pesawat antariksa, yaitu hasil peradaban makhluk angkasa luar yang bermaksud meneruskan keturunannya di alam semesta.
Sebuah artikel di harian The Washington Post pada 31 Juli lalu, menyebutkan bahwa hipotesa Crick ini cukup beralasan, makhluk yang hidup di bumi pada 3,5 miliar tahun silam lebih rumit dibanding unsur anorganik di sekelilingnya, DNA adalah sebuah molekul yang diciptakan secara cermat dan teliti, namun asal-usul kehidupan tidak pernah ditemukan dalam catatan makhluk hidup.
Sebuah khayalan atau realitas
Begitu pandangan Davies dipublikasikan, lalu dengan cepat menimbulkan reaksi yang hebat, di situs berbahasa Mandarin, para “pelindung setia” ilmu pengetahuan secara serentak menyatakannya sebagai ilmu pengetahuan palsu yang tipikal. Terhadap sejumlah tokoh yang meneliti hipotesa makhluk angkasa luar ini juga menyerukan pada orang-orang untuk tidak lagi menutupi ideologi individu, coba pikirkan kenapa Crick dianggap luar biasa cerdasnya ketika menemukan susunan DNA, namun begitu menyinggung makhluk angkasa luar lalu tidak dapat diterima: Sang jenius Enstein hingga akhir hayatnya yakin dengan eksistensi Tuhan, sekaligus membuat ilmuwan yang atheis menyesal.
Sarjana-sarjana yang benar-benar memiliki semangat penyelidikan ilmu pengetahuan itu, sebenarnya pikirannya sangat terbuka, mereka tidak akan langsung mengatakan bahwa itu adalah takhayul atau ilmu pengetahuah palsu atas hal ihwal yang untuk sementara tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Sebab dengan demikian akan membuat mereka tidak lagi berniat untuk menelitinya, dan ilmu pengetahuan juga tidak mungin lagi akan berkembang.
Sikap dalam ilmu pengetahuan sejati adalah, tidak begitu saja menyangkal gejala yang belum dibuktikan secara ilmiah, namun telah mencerminkan gejala obyektifnya, dengan demikian menyisakan ruang gerak terbesar bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Sebenarnya apakah makhluk angkasa luar itu eksis? Baru-baru ini muncul berbagai diskusi dan laporan di seluruh dunia mengenai makhluk angkasa luar, dan secara luas mengemukakan topik yang ditutupi mengenai fakta keberadaan makhluk angkasa luar. Pada pertengahan April lalu, lembaga riset lingkup Amerika mengadakan eksibisi hasil riset gejala antariksa yang pertama di hotel Hilton, Maryland. Lebih dari 600 peneliti bidang tersebut yang berasal dari Jerman, Inggris, Amerika, Kanada dan berbagai wilayah lainnya berkumpul di hotel tersebut, tukar menukar pengalaman riset dan hasil penelitian gejala abnormal mengenai UFO, kehidupan di planet Mars dan gejala lainnya. Dalam pertemuan tersebut tidak sedikit tokoh pernah mengalami sendiri gejala-gejala yang aneh itu, ilmuwan dan penulis yang berprofesi sebagai peneliti gejala misterius dan sejumlah tokoh menyatakan sendiri bisa melihat roh dan makhluk hidup serta makhluk halus lainnya di luar planet bumi ini.
Salah satu kelompok pemikir utama Amerika pernah menyerahkan seberkas laporan sepanjang 100 halaman, dalam laporan tersebut, para ilmuwan mengeluarkan peringatan yang keras: Sejarah manusia terdiri dari sejumlah besar pola hidup masyarakat yang tidak sama, akan tetapi manusia merasa diri sendiri berada pada posisi satu-satunya di alam semesta ini. Namun jika pada suatu hari nanti, saat manusia mendapati bahwa di alam semesta masih terdapat tingkat peradaban yang lebih tinggi, maka pandangan, nilai, kepercayaan dan perilaku manusia akan mengalami perubahan yang sangat besar.
http://galeri17.blogspot.com/2009/08/dna-manusia-memiliki-informasi-berkode.html
0 comments:
Post a Comment
silahkan komentar di sini